• logo nu online
Home Warta Nasional Jakarta Raya Dari Betawi Keislaman Sejarah Opini Literatur Obituari
Minggu, 28 April 2024

Akhlak Tasawuf

Imam Ghazali Larang Guru yang Berhenti Belajar

Imam Ghazali Larang Guru yang Berhenti Belajar
“Seseorang akan selalu pandai selagi terus belajar. Bila dia berhenti belajar karena menganggap dirinya sudah pandai, mulailah dia bodoh.” (Foto: NU Online/Freepik).
“Seseorang akan selalu pandai selagi terus belajar. Bila dia berhenti belajar karena menganggap dirinya sudah pandai, mulailah dia bodoh.” (Foto: NU Online/Freepik).

Guru merupakan salah satu pondasi untuk memajukan peradaban manusia melalaui ilmu yang diajarkannya kepada para murid sehingga lahirlah peradaban yang cemerlang karena berdasarkan keilmuan. Selain peran mengajar, seorang guru menurut Imam Al-Ghazali juga terdapat peran belajar yang tidak boleh putus. 


Dalam lansiran NU Online (11 Adab Guru Menurut Imam Al-Ghazali) disana dijelaskan hendaknya para guru memperhatikan adab-adab tertentu sebagaimana dijelaskan dalam risalahnya berjdudul al-Adab fid Din dalam Majmu'ah Rasail al-Imam al-Ghazali (Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, t.th., halaman 431) sebagai berikut:  


 آداب العالم: لزوم العلم، والعمل بالعلم، ودوام الوقار، ومنع التكبر وترك الدعاء به، والرفق بالمتعلم، والتأنى بالمتعجرف، وإصلاح المسألة للبليد، وبرك الأنفة من قول لا أدري، وتكون همته عندالسؤال خلاصة من السائل لإخلاص السائل، وترك التكلف، واستماع الحجة والقبول لها وإن كانت من الخصم.    


 Artinya: “Adab orang alim (guru), yakni: tidak berhenti menuntut ilmu, bertindak dengan ilmu, senantiasa bersikap tenang, tidak takabur dalam memerintah atau memanggil seseorang, bersikap lembut terhadap murid, tidak membanggakan diri, mengajukan pertanyaan yang bisa dipahami orang yang lamban berpikirnya, merendah dengan mengatakan, ‘Saya tidak tahu,’ bersedia menjawab secara ringkas pertanyaan yang diajukan penanya yang kemampuan berpikirnya masih terbatas, menghindari sikap yang tak wajar, mendengar dan menerima argumentasi dari orang lain meskipun ia seorang lawan.”


Pernyataan tersebut merupakan bagian dari ajaran etika dan tata krama yang berkaitan dengan orang yang dianggap alim atau guru dalam konteks budaya dan nilai-nilai Islam. Pernyataan ini menggambarkan bagaimana seorang guru atau orang yang memiliki pengetahuan yang luas diharapkan untuk berperilaku dan berinteraksi dengan orang lain.


Dalam pernyataan Imam Al-Ghazali yang pertama yaitu seorang guru tidak berhenti menuntut ilmu, seorang guru atau orang yang dianggap alim harus senantiasa berusaha untuk terus menambah pengetahuannya. Ini mencerminkan pentingnya pendidikan berkelanjutan dan kesadaran bahwa ilmu pengetahuan selalu berkembang.


Dalam kaitan ini Gus Mus pernah menulis dalam akun Twitternya, “Seseorang akan selalu pandai selagi terus belajar. Bila dia berhenti belajar karena menganggap dirinya sudah pandai, mulailah dia bodoh.”


Ketika seorang guru selalu belajar, maka guru tersebut senantiasa akan bertindak dengan Ilmu. Ilmu yang dimiliki harus diimplementasikan dalam tindakan dan perilaku sehari-hari. Tidak hanya berbicara tentang ilmu, tetapi juga menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Menuntut ilmu tidak ada batas akhirnya karena kewajiban ini dilakukan sejak dari ayunan ibu hingga liang lahat. 


Menurut penulis, larangan bagi guru atau siapa pun untuk berhenti belajar mencerminkan prinsip-prinsip berikut:


Pertama, Pendidikan sebagai Proses Berkelanjutan: Islam mengajarkan bahwa pendidikan adalah proses berkelanjutan sepanjang hayat. Tidak ada batasan usia atau tingkat pengetahuan di mana seseorang diizinkan untuk berhenti belajar. Guru yang berhenti belajar dapat menghambat kemampuannya untuk memberikan pendidikan yang berkualitas kepada murid-muridnya.


Kedua, Peran Guru sebagai Pemberi Teladan: Guru memiliki peran penting dalam membentuk pemikiran dan perilaku murid-muridnya. Jika seorang guru terus belajar dan meningkatkan pengetahuannya, ia dapat menjadi teladan yang kuat bagi murid-muridnya dalam semangat pembelajaran yang berkelanjutan.


Ketiga: Pengembangan Pengetahuan dan Kualifikasi: Berbagai bidang pengetahuan terus berkembang, dan guru harus tetap terkini dengan perkembangan ini agar bisa memberikan informasi yang akurat dan relevan kepada murid-muridnya. Ini juga dapat meningkatkan kualifikasi guru dalam profesi mereka.


Keempat, Pentingnya Pengetahuan dalam Islam: Islam mendorong umatnya untuk mencari ilmu pengetahuan dan memahami tuntunan agama dengan baik. Oleh karena itu, berhenti belajar dapat dianggap sebagai tindakan yang kurang sesuai dengan ajaran agama.


Dengan demikian, larangan bagi guru untuk berhenti belajar adalah bentuk pengingat tentang pentingnya pendidikan berkelanjutan dalam Islam. Seorang guru yang berkomitmen untuk terus belajar akan lebih efektif dalam memberikan pendidikan yang berkualitas kepada murid-muridnya dan dalam mendukung perkembangan mereka sebagai individu yang berpengetahuan.


Penulis: Haekal Attar 
Editor: Aru Elgete
 


Editor:

Akhlak Tasawuf Terbaru